Kamis, 01 April 2010

Kecerdasan Emosional :: Kemampuan lain yang harus dimiliki jika anda merasa ingin lebih

" Keberhasilan dan kegagalan ternyata sama, sama-sama dikerjakan didalam jatah waktu yang sama, cara pandang awalah yang membuat Beda hasil akhirnya "
Sahabat Maya ... minggu-minggu lalu, adalah hari-hari menegangkan bua adik-adik kita. karena kelulusan mereka sedang di uji didalam Ujian Negara (UN)
Terlepas pro kontra perlu tidaknya Ujian Nasional (UN) jadi faktor penentu kelulusa, penulis hanya berharap semoga adik-adik kita bisa lulus dengan jujur.
Dalam artkel kali ini, yang ingin dibahas adalah hal menarik kenapa hidup harus ada ujiannya. ada soal-soal kehidupan yang harus di jawab, harus ada proses belajar
agar siap pada saat ujian nanti.
Manusia adalah Makhluk yang unik, karena selain mempunyai emosi, manusia juga dibekali akal dan pengetahuan, inilah salah satu pembeda manusia dengan makhluk lainnya.
Akal dan pengetahuan akan terus berkembang seiring bertambahnya usia dan luasnya pergaulan dan lingkungan yang ditempati.
Pertanyaanya, mengapa kadar kemampuan manusia berbeda-beda ? untuk menjawab hal ini, banyak faktor yang mempengaruhinya.
Salah satunya adalah kadar kemampuan manusia itu sendiri dalam merespon dan merekam pengetahuan yang ada. Dimana kadar ukuranya biasanya di sebut IQ.
Pengetahuan menjadi penting, karena didalam kehidupan yang real, manusia akan bersaing dengan sesama manusia lainnya,dimana kompetensi menjadi bekal agar tetap eksis.
Makanya biasanya jika kita akan masuk kerja, melanjutkan kuliah, naik jabatan atau hal lainnya, biasanya kita akan diujikan terlebih dahulu. ini dilakuan untuk melihat kadar kecerdasan intelektual terkini dari kita.
Sahabat maya ..
Selain kecerdasan intelektual, adalagi tingkatan kecerdasan lain yang harus terus diasah dan ditingkatkan, yaitu kecerdasan emosional.
Saat ini banyak buku dan pelatihan yang membahas bagaimana pentingnya kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional menjadi penting karena, ini akna menjadi penyeimbang kecerdasan intelektual kita.
Kita ambil contoh, pada saat awal bekerja, kecerdasan intelektual lah yang diperlukan. karena secara teknis kita harus bekerja
dan mampu menyelesaikan persoalan teknis sesuai jadwal dan target yang ada
lambat laun, kita pasti akan berkembang, mungkin yang dulunya jadi bawahan , sekarang menjadi atasan
yang dulunya hanya dikerjakan sendiri, sekarang tidak lagi karena harus dikerjakan bersama -sama alias Tim
persoalan pun menjadi lebih rumit , kompleks dan penuh tekanan. Nah, ketika ini sudah mulai kita rasakan, kecerdasan emosional yang nanti akan lebih dominan harus kita kuasai.
Pada umumnya kecerdasan emosi berkaitan bagaiman baiknya kita berkomunikasi, bersikap, berpendapat, dan memberi apresiasi terhadap orang lain.
Paling mudahnya, penulis ambil contoh adalah tentang tugas keseharian Manajera area. sebut saja namanya Si A
Lima atau Enam tahun yang lalu, ketika menjadi staf, si A mungkin praktis lebih teknis dan murni orientasi tugas. Dia akan bekerja berdasarkan tugas yang dikerjakan,
tidak bahkan belum berpikir bagaimana caranya meningkatkan omzet perusahaan, meningkatkan kemampuan tim lain dan hal-hal lainnya.
Tetapi seiring waktu berjaan, Si A ini akan naik jabatan, mempunyai Tim dan Bertanggung jawab lebih terhadap perusahaan.
Pekerjaan yang dulu dikerjakan sendiri kini harus dikerjakan oleh bawahannya, tetapi secara umum Si A inilah yang tetap bertanggung jawab.
Selain itu, si A juga harus mampu berpikir strategis bagaiman omzet harus ditingkatkan, dengan keterbatasan kemampuan tim yang ada.
Belum lagi mengurus administrasi lainnya, seperti keuangan, anggota tim yang ingin naik gaji dan lain-lain.
Jika kita amati, ketika berubahnya status si A dari staf menjadi Atasan (baca : Manajer Area) ternyata dalam menyikapi persoala dan pencapaian kerja
kemapuan kecerdasan emosional lah yang lebih dominan. karena, dapat dibayangkan jika kemampuan emisonal tidak dominan. bagaiman Si A mampu menjelaskan uraian kerja dengan baik kepada timnya,
bagaiman si A Mampu berkomunikasi, mengawasi dan memberikan arahan bagaiman suatu target tahunan bisa tercapai.
Jadi semakin tinggi jenjang karier sesorang, semakin perlu dan dominannya kecerdasan emisonal ini.
Banyak kasus cerita, ketika jenjang karier seseorang meningkat, tetapi kecerdasan emosional tidak mengikuti, dia merasa terbebani, tidak lagi mampou berpikir cerdas dan jernih.
Yang timbul akhirnya dalah depresi, selalu buruk sangka dan pesimis dalam menjalani amanah kehidupan.
sangat disayangkan ...
Besarnya tanggung jawab yang kta emban, menjadi berat atau ringan, sekali lagi tergantung cara pandan dan sikap kita dalam menyikapinya.
Jika kita berpikir, Alhamdulillah ternyata saya masih dipercaya menjadi ketua kelas, menjadi kepala lab, menjadi kepala area, menjadi kepala tim atau lainnya, InsyaAllah semua akan lebih ringan dan mudah kta lalui.
tetapi jika sikap awal kita adala, "Aduh ...., tambah berat saja pekerjaan dan beban, boasanya, hasil akhirnya kurang begitu bagus.iap detik
Akhir kata, mari kita tetap untuk selalu bersemangat. Nikmati detik tiap detik kehidupan ini dengan selalu berpikir positif dan bijak. Sangat disayangkan jika, hari hari dilalui dengan keluh kesan dan rasa pesimis.
Karena jatah 24 Jam perhari yang kita lalui sangat berharga. hargai itu dengan rasa syukur untuk berbuat lebih baik lagi.
Catatan tambahan:
Penulis adalah pemerhati sosial, suka terhadap hal-hal yang luar biasa. bekerja disalah satu perusahaan IT terkemuka.
Pekerjaan utama menjaga omzet tetap tercapai sesuai terget, interaksi dengan customer dan menjaga etos kerja tim untuk tetap semangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar